Rabu, 21 Desember 2011

staditur ke Pemantawan Gunung Gede

Alhamdulillah padaa hari senin kemarin sekolah kami SMA PLUS ADDA'WAH Pacet Staditur ke pemantawan gunug gede loohh alhamdulillah kami tau dbahwa di gunung gede mempunyai sismografi untuk mendeteksi adanya gempa, pokonya raaaaameeee bangett.

Senin, 12 Desember 2011

kITA budak IPS














Hey Kawan ...
Ini semua Anak" IPS Addawah Tetapi satu dua nya bukan Nak IPS ...
Harap dimaklum yahhh wakakakakakak ...

Ketua kelas KiTA ...

 Ahihhihihihiiiiiii .... :D
AHIIHIIHIH

lOGO LOGO IPS ..,











Pak Ieu Motor Bapak ...

pAK ..( Pak Deden )
ieu motor bapak sanes ??? ....
Lamun Sanes Ku yusuf Bade Diaku ..
gkgkgkgkgkgk

Angka Kematian Di indonesia

Angka Kematian Ibu di Indonesia Tertinggi di Asia PDF Cetak E-mail
Ditulis oleh Webmaster   
Senin, 04 Mei 2009 00:00
Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) Indonesia masih tertinggi di Asia. ”Tahun 202 kematian ibu melahirkan mencapai 307 per 100.000 kelahiran. Angka ini 65 kali kematian ibu di Singapura, 9,5 kali dari Malaysia. Bahkan 2,5 kali lipat dari indeks Filipina,” kata Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Prof.Dr. dewi Fortuna Anwar, Rabu (29/4).

Padahal, katanya, MMR-Indikator utama yang membedakan suatu negara digolongkan sebagai negara maju atau negara berkembang. Rata-rata MMR di dunia dari 100.000 kelahiran tingkat kematian ibu mencapai 400. ”Sedangkan, negara maju indek MMR-nya 20 kematian per 100.000 kalahiran. Rata-rata di negara berkembang 440 kematian ibu per 100.000 kelahiran,” terang dia.

Penyebab tingginya tingkat kematian ibu di Indonesia, menurut dia, antara lain, budaya patriaki yang masih kental. Perempuan tidak memiliki kendali penuh atas dirinya. ”Seringkali perempuan tidak berkuasa kapan dia harus mengandung. Padahal disaat itu mungkin hamil berbahaya bagi dia,” ujarnya. Kemudian, tambahnya disebabkan kemiskinan, rendahnya pendidikan, kurangnyaakses terhadap informasi, tingginya peranan dukun dan terbatasnya layanan medis modern.

Di sisi lain, program KB yang terbukti mampu mengurangi angka kelahiran namun dana kependudukan dunia menunjukan penurunan dari 55 persen menjadi 5 persen. Penurunan terjadi karena program kependudukan dalam hal ini program KB hanya dianggap bagian dari kesehatan reproduksi.

Menurut Sugiri, penurunan anggaran kependudukan dunia tersebut dievaluasi dalam sidang tahunan PBB tentang masalah kependudukan yang berlangsung 27 Maret-3 April 2009 di New York, Amerika Serikat. Pada sidang itu, katanya, disepakati penggalangan dana global untuk kependudukan, termasuk organisasi non profit. Sejak program kependudukan/ KB dianggap bagian dari kesehatan reproduksi, praktis tak ada bantuan yang bermakna dari para donor.

Sugiri juga mengatakan, pada sidang tahunan PBB itu diperkirakan jumlah penduduk dunia 10 miliar pada tahun 2050. ”Ini merupakan warning (peringatan). Lima besar negara penyumbang pertambahan penduduk dunia adalah India, Indonesia, Pakistan, Nigeria, dan Brasil,” tambahnya.

Sumber:
Ø     Dana Kependudukan Dunia Menurun (SUARA PEMBARUAN, 30/4/09)
Ø     Angka Kematian Ibu di Indonesia Tertinggi di Asia (HARIAN TERBIT, 1/5/09)
 

PERKEMBANGAN AKUNTASI

1. Perkembangan Akuntansi dari Sistem Pembukuan Berpasangan Pada awalnya, pencatatan transaksi perdagangan dilakukan dengan cara sederhana, yaitu dicatat pada batu, kulit kayu, dan sebagainya. Catatan tertua yang berhasil ditemukan sampai saat ini masih tersimpan, yaitu berasal dari Babilonia pada 3600 sebelum masehi. Penemuan yang sama juga diperoleh di Mesir dan Yonani kuno. Pencatatan itu belum dilakukan secara sistematis dan sering tidak lengkap. Pencatatan yang lebih lengkap dikembangkan di Italia setelah dikenal angka- angka desimal arab dan semakin berkembangnya dunia usaha pada waktu itu. Perkembangan akuntansi terjadi bersamaan dengan ditemukannya sistem pembukuan berpasangan (double entry system) oleh pedagang- pedagang Venesia yang merupakan kota dagang yang terkenal di Italia pada masa itu. Dengan dikenalnya sistem pembukuan berpasangan tersebut, pada tahun 1494 telah diterbitkan sebuah buku tentang pelajaran penbukuan berpasangan yang ditulis oleh seorang pemuka agama dan ahli matematika bernama Luca Paciolo dengan judul Summa de Arithmatica, Geometrica, Proportioni et Proportionalita yang berisi tentang palajaran ilmu pasti. Namun, di dalam buku itu terdapat beberapa bagian yang berisi palajaran pembukuan untuk para pengusaha. Bagian yang berisi pelajaranpe mbukuan itu berjudul Tractatus de Computis et Scriptorio. Buku tersebut kemudian tersebar di Eropa Barat dan selanjutnya dikembangkan oleh para pengarang berikutnya. Sistem pembukuan berpasangan tersebut selanjutnya berkembang dengan sistemyang menyebut asal negaranya, misalnya sistem Belanda, sistem Inggris, dan sistem Amerika Serikat. Sistem Belanda atau tata buku disebut juga sistem Kontinental. Sistem Inggris dan Amerika Serikat disebut Sistem Anglo- Saxon2. Perkembangan Akuntansi dari Sistem Kontinental ke Anglo- Saxon Pada abad pertengahan, pusat perdagangan pindah dari Venesia ke Eropa Barat. Eropa Barat, terutama Inggris menjadi pusat perdagangan pada masa revolusi industri. Pada waktu itu pula akuntansi mulai berkembang dengan pesat. Pada akhir abad ke-19, sistem pembukuan berpasangan berkembang di Amerika Serikat yang disebut accounting (akuntansi). Sejalan dengan perkembangan teknologi di negara itu, sekitar pertengahan abad ke-20 telah dipergunakan komputer untuk pengolahan data akuntansi sehingga praktik pembukuan berpasangan dapat diselesaikan dengan lebih baik dan efisien. Pada Zaman penjajahan Belanda, perusahaan- perusahaan di Indonesia menggunakan tata buku. Akuntansi tidak sama dengan tata buku walaupun asalnya sama-sama dari pembukuan berpasangan. Akuntansi sangat luas ruang lingkupnya, diantaranya teknik pembukuan. Setelah tahun 1960, akuntansi cara Amerika (Anglo- Saxon) mulai diperkenalkan di Indonesia. Jadi, sistem pembukuan yang dipakai di Indonesia berubah dari sistem Eropa (Kontinental) ke sistem Amerika (Anglo- Saxon).